veganojustice

Dalam pembenahan….

BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas.  Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio.  Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah.Pengujian tetrazolium menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium

Klorida/bromida yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup.  Bila indikator diimbibisi oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat trifenil formazan, endapan  yang berwarna merah.  Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap.  Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam,  untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih.  Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.

1.2      Tujuan

  •  


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dormansi

  • Dormansi merupakan cara embrio biji mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya proses perkecambahan.

(Redaksi AgroMedia.

  • Ø  Dormancy is a seed event is not active rest or activity of growth, usually during the dry season due to water shortages.

Dormansi adalah peristiwa istirahat atau biji tidak aktif melakukan aktivitas pertumbuhan, biasanya pada musim kemarau karena kekurangan air.

(Gunawan Susilowarno,dkk.

  • Dormancy is a resting phase of a plant organ that has the potential to grow actively, because it has the meristem tissue.

Dormansi merupakan fase istirahat dari suatu organ tanaman yang mempunyai potensi untuk tumbuh aktif, karena mempunyai jaringan meristem.

…….

2.2 Definisi Uji Tetrazolium

…….

 

2.3 Macam Dormansi

Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.

  • Ø Berdasarkan faktor penyebab dormansi
    • Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
    • Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
    • Ø Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
    • Mekanisme fisik

Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:

mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik

fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel

kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat

  • Mekanisme fisiologis

Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:

– photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya

– immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang

– thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu

  • Ø Berdasarkan bentuk dormansi
  • Kulit biji impermeabel terhadap air/O2

Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp

Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.

Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.

Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.

Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.

  • Embrio belum masak (immature embryo)

Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)

Embrio belum terdiferensiasi

Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu

 

…….

 

2.4 Macam Perlakuan Pemecahan Dormansi

Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan – perlakuan ; pemarutan atau penggoresan (skarifikasi) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang disumbat dan secara periodik mengguncang – guncangnya ; stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dann zat kimia.

(Kartasapoetra, 2003).

Pada pematahan dormansi dapat diganti oleh zat kimia seperti KNO3, thiorea dan asam giberalin. Pada kenyataannya, pada organ secara visual disebut dormansi, sesungguhnya masih berlangsung perubahan – perubahan biokimia dan struktur mikroskopiknya.

( Pandey and Sinha, 1992).

Mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya.

Tipe Dormansi

Metode Pematahan Dormansi

Alami

Buatan

Immature embryo Pematangan secara alami setelah biji disebarkan Melanjutkan proses fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak (after-ripening)
Dormansi mekanis Dekomposisi bertahap pada struktur yang keras Peretakan mekanis
Dormansi fisis Fluktuasi suhu Skarifikasi mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia
Dormansi chemis Pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah Menghilangkan jaringan buah dan mencuci bijinya dengan air
Fotodormansi Pencahayaan Pencahayaan
Thermodormansi
  • Penempatan pada suhu rendah di musim dingin
  • Pembakaran
  • Pemberian suhu yang berfluktuasi

  • Stratifikasi atau pemberian perlakuan suhu rendah
  • Pemberian suhu tinggi
  • Pemberian suhu berfluktuasi

 

Hartmann .1997)

2.5 Prinsip Metode TTZ

Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi .Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau mikroba lainnya dan bersifat merusak.

(Byrd, 1988).

2.6 Kategori Benih Viabel dan Non Viabel dalam Uji TTZ

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji TZ adalah evaluasi pola topografi perwarnaan untuk menentukan benih viable dan non-viable.Paradigma ini diterima karena definisi viable (hidup) diartikan hanya sebagai kemampuan benih tersebut untuk berkecambah, dan tidak menjadi soal apakah berkecambah secara normal atau abnormal. Dengan paradigma demikian, maka hasil uji TZ tidak diperkenankan menjadi data yang dicantumkan di label benih karena akan memberikan kesalahan positif (yaitu persentase benih viable yang lebih tinggi dibandingkan persentase daya berkecambah). Akan tetapi, apabila ditelusuri dari berbagai literatur internasional, maka akan diperoleh suatu kesimpulan bahwa paradigm tersebut di atas kurang tepat. ISTA sebagai organisasi pengujian benih internasional yang diakui kredibilitas dan metodenya digunakan di seluruh dunia mendefinisikan benih viable benih yang memperlihatkan potensi untuk menjadi kecambah normal, sedangkan benih non-viable adalah terdiri dari benih yang berkembang secara abnormal baik pada embrio maupun pada struktur penting lainnya dan menunjukkan jaringan yang mati

(ISTA 2008).


 

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.2 Alur Kerja (diagram alir)

k


 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1      Hasil Pemecahan Dormansi (dalam table)

4.1.2      Dokumentasi Pemecahan Dormansi

4.1.3      Hasil Uji TTZ (dalam table)

4.1.4      Dokumentasi Uji TTZ

4.2 Pembahasan

4.2.1      Perbandingan Perlakuan Skarifikasi (literature)

4.2.2      Perbandingan Perlakuan Stratifikasi (literature)

4.2.3      Uji TTZ (literature)

k


 

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

  •  


 

DAFTAR PUSTAKA

Bradbeer, J.W. 1989. Seed Dormancy and Germination. Chapman & Hall, New York. 146p.

 

Byrd, H.W. 1988. Pedoman Teknologi Benih (Terjemahan). State College. Mississipi.

 

Gunawan Susilowarno,dkk. Biologi SMA/MA XII.  Grasindo.

 

Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Persistensi dan Pematahan Dormansi Benih. Jurnal Agrista 11 (2): 92-101.

 

ISTA.2008

 

Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih ( Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum) . PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

 

Pandey, S. N and Sinha, B. K. 1992. Plant Physiology. Vikas Publishing House
PVT LTD. India

 

Redaksi AgroMedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyaka Tanaman. Agromedia Pustaka.Jakarta

 

Salisbury, F.b dan Ross, C.W.1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1 edisi IV alih bahasa Luqman, RR dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

 

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

 

Wilkins, B Malcomn Alih bahasa Sutedjo Mul Mulyadi & Kartasaputro, 1969. Fisiologi Tanaman., Bina Aksaea: Jakarta.

HAMA

PADI
1. Nama Spesies Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
Gambar tangan
Identifikasi Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro)
Gejala kerusakan Ciri ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.
2. Nama Spesies Kepik hijau (Nezara viridula)
Gambar tangan
Identifikasi Menyerang batang dan buah padi
Gejala kerusakan Pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
3. Nama Spesies Walang sangit (Leptocorisa acuta)
Gambar tangan
Identifikasi Menyerang buah padi yang masak susu.
Gejala kerusakan Menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.
Jagung
1. Nama Spesies Lalat bibit (Atherigona exigua)
Gambar tangan
Identifikasi Lalat berwarna abu-abu, panjang 3-3,5 mm, punggungnya berwarna kuning kehijauan dengan tiga buah garis. Bagian perut berwarna coklat kekuningan.
Gejala kerusakan daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.
2. Nama Spesies Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis Guen )
Gambar tangan
Identifikasi Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari.
Gejala kerusakan bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.
Cabai
1. Nama Spesies Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Gambar tangan
Identifikasi Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam.
Gejala kerusakan Didaun terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.
2. Nama Spesies Kutu daun kapas (Aphis gossypi)
Gambar tangan
Identifikasi Sewaktu muda kutu ini berwarna putih, kemudian dewasa menjadi hijau kehitaman. Hama ini mengisap cairan tanaman.
Gejala kerusakan Daun yang terserang berubah keriput. Pertumbuhan terhambat dan kalau dibiarkan tanaman bisa mati.Kutu dewasa membentuk sayap dan terbang ke tempat lain. Kutu ini menghasilkan embun jelaga berwarna hitam yang mengganggu proses fotosintesis, juga menjadi perantara penyebaran virus
Bawang Merah
Nama Spesies Hama ulat bawang (Spodoptera spp).
Gambar tangan
Identifikasi
Gejala kerusakan ditandai dengan bercak putih transparan pada daun.
2. Nama Spesies Hama trip (Thrips sp.)
Gambar tangan
Identifikasi Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam.
Gejala kerusakan Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun.

PENYAKIT

PADI
1. Nama penyakit Bercak cokelat sempit
Nama patogen cendawan Cescopora oryzae
Gambar makro+mikro
Gejala Di daun dan pelepah daun terdapat bercak cokelat yag sempit seperti garis-garis pendek. Pada varietas yang tahan bercak berukuran 0,2-1 cm x 0,1 cm, berwarna cokelat gelap. Pada varietas yang rentan, bercaknya lebih besar dan berwarna cokelat terang.
Daur penyakit
2. Nama penyakit

Bercak pelepah daun

Nama patogen cendawan Rhizoctonia solani dan R. Oryzae
Gambar makro+mikro
Gejala Bercak terutama terdapat di seludang daun. Bercak berbentuk bulat lonjong, berwarna kelabu kehijau-hijauan yang kemudian menjadi putih kelabu dengan pinggiran cokelat. Ukuran bercak dapat mencapai panjang 2-3 cm.
Daur penyakit
3. Nama penyakit

Bercak garis

Nama patogen Xanthomonas camprestris pv oryzicola.
Gambar makro+mikro
Gejala Garis-garis yang kebasahan muncul diantara urat-urat daun setelah pemindahan bibit. Garis-garis tersebut tampak tembus cahaya bila dilihat dengan menantang sumber cahaya. Garis-garis itu kemudian memanjang dan berubah menjadi cokelat dengan lingkaran kuning di sekelilingnya.
Daur penyakit
Jagung
1. Nama penyakit Penyakit bulai (Downy mildew)
Nama patogen cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis,
Gambar makro+mikro
Gejala umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Daur penyakit
2. Nama penyakit Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Nama patogen cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC
Gambar makro+mikro
Gejala masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.
Daur penyakit
3. Nama penyakit Penyakit karat (Rust)
Nama patogen cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.
Gambar makro+mikro
Gejala pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.
Daur penyakit
Cabai
Nama penyakit Layu
Nama patogen cendawan Sclerotium rolfii Sacc.
Gambar makro+mikro
Gejala Layu tanaman secara tiba-tiba, daun berwarna kuning kemudian menjadi cokelat.
Daur penyakit
2. Nama penyakit

Busuk Buah

Nama patogen Cendawan Coletroticum sp
Gambar makro+mikro
Gejala Bercak coklat pada buah. Awalnya bercakpada buah kecil la.ma kelamaan semakin membesar
Daur penyakit
Bawang Merah
1. Nama penyakit Antraknose
Nama patogen jamur Colletotricum gloesporiodes
Gambar makro+mikro
Gejala bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun patah atau terkulai.
Daur penyakit
2. Nama penyakit layu Fusarium
Nama patogen
Gambar makro+mikro
Gejala ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian, tanaman dicabut dan dimusnahkan.
Daur penyakit

Dalam Pembenahan….

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.

Perbanyakan vegetatif, mempunyai pengertian perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping (aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih.  Induk terpilih misal mempunyai warna dan corak bunga yang indah dan belum pernah ada, warna daun bervariasi.   Kemudian teknik memperbanyak tanaman tersebut dengan cara stek batang, cangkok, sambung (grafting) dan okulasi.

Hasil akhir dari perbanyakan vegetatif ini adalah bibit atau tanaman yang sama dengan induk yang terpilih yang telah dicontohkan di atas atau diistilahkan dengan fotocopy atau true to type.

Pemilihan perbanyakan di atas tentunya juga terkait dengan tujuannya, apabila menghendaki tanaman yang mempunyai variasi/ keragaman sifat/karakter lain dari normalnya, maka perbanyakan generatif yang dipilih.  Apabila menginginkan tanaman hias yang mempunyai kesamaan dengan induk yang terpilih, maka perbanyakan vegetatif yang dipilih.

Perbanyakan vegetatif diperlukan untuk tanaman dan kultivar yang tidak menghasilkan biji secara teratur atau tidak bisa menghasilkan biji.

 

1.2  Tujuan

  • Mengetahui pengertian perbanyakan vegetatif alami dan buatan
  • Memahami dan mempraktekan cara dari macam-macam perbanyakan vegetatif alami dan buatan
  • Mempelajari dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

perbanyakan vegetatif alami dan buatan


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami

            2.1.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Alami

  • Perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya.

(Abdurahman,Deden.2008)

  • Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia.

(Rahardja & Wiryanta.2003)

  • Plant propagation using vegetative organs such as stems that have a side shoots (axillary / lateral) and buds from the selected parent.

(Perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping (aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih.)

(Hartmann et al.1997)

 

            2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami (PENGERTIAN DAN CONTOH )

  • Tunas adventif
    • cocor bebek.
    • kesemek,
    • kersen,
    •  ,cemara
    • dan sukun.
    • Pembentukan tunas
      • pakis haji (cycas rumphii),
      • bamboo(bambusa sp),
      • pisang (musa paradisiaca),
      • nanas,
      • palem,
      • Umbi lapis
        • bawang merah (allium cepa),
        • bawang putih (allium sativum),
        • bawang daun (allium fistulosum),
        • bunga bakung (crinum asiaticum), dan
        •  bunga tulip
        • Umbi batang
          • kentang (solanum tuberrodum),
          • ubi jalar(ipomoea batatas),
          • caladium
          • gadung (dioscorea hispida), dan
          • gambili (dioscorea aculata)
          • Rhizome
            • lengkuas (alpina officinarum),
            • jahe (zingiber officinale),
            • kunyit ( curcuma domestica),
            • temulawak, dan
            • lidah mertua (sansivera sp)
          • Stolon
            • rumput teki(cyperus rotundus)
            • rumput gajah
            • stroberi
            • arbei
            • dan rumput pantai (spinifex sp)

STOP

 (Ashari.1995)

 

           


 

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Perbanyakan Vegetatif Alami

1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti

2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.

3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.

4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.

(Rochiman.1973)

 

2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan

2.2.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Buatan

  • Perbanyakan tanaman secara buatan dengan campur tangan manusia.

(Suwanto.2007)

  • Sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui perkawinan dengan bantuan manusia.

(Pahan.2006)

  • Way through vegetative reproduction (without mating), which does not occur naturally but was made or occurred accidentally by humans.

(Cara reproduksi secara vegetatif (tanpa kawin) yang tidak terjadi secara alami melainkan dibuat atau disengaja terjadi oleh manusia)

(Anonymous.2011)

 

            2.2.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan (PENGERTIAN DAN CONTOH)

  • Cangkok
    • jambu
    • sawo
    • rambutan
    • mangga
    • jeruk
    • Okulasi
      • mangga,
      • Ø  karet
      • lengkeng
      •  durian, dan
      • rambutan.

 

  • Runduk
    • anyelir
    • tanaman apel
    • alamanda
    • durian dan
    • singkong.
    • Stek
      • teh
      • ubi kayu
      • tebu
      • tanaman pagar
      • sirih
      • Sambung
        • Manggis
        • Kopi
        • Kakao
        • Keluwih
        • Mangga

 

 

(Zaubin.2003)

 

            2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Perbanyakan Vegetatif Buatan

Faktor Intern :

  1. dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)
  2. ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)

Faktor Ekstern:

  1. suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
  2. kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi)
  3. cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan)
  4. jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan)

 

(Anonim.1992)

 

 


 

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi

  • Alat

ü  Curter/pisau

ü  Plastik

ü   

  • Bahan

ü  Tanaman jeruk

3.2 Langkah Kerja

       3.2.1 Perbanyakan vegetative Alami (anakan,umbi batang, stolon)

       3.2.2 Perbanyakan vegetative Buatan

              a. Grafting

 

  b. Okulasi

  1. Memilih bibit dari biji yang sudah berumur 6-8 bulan sebagai batang bawah.
  2. “Jendela” okulasi dibuat pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah dengan ukuran jendela 1 cm x 5 cm
  3. Mata entres yang akan digunakan sebagai batang atas dipilih dari tunas cabang yang sehat.
  4. Ukuran mata entres yang telah diambil dari cabang entres dibuat lebih kecil dari ukuran “jendela” okulasi.
  5. Kemudian mata entres ditempelkan atau dimasukkan didalam jendela, diikat rapat dengan menggunakan tali rafia atau plastik.
  6. Periksalah okulasi 2-3 minggu kemudian.Okulasi berhasil tumbuh bila warna tunas tetap hijau. Bila berwarna cokelat berarti okulasi gagal.

 

  c. Stek

 

1.      Stek ini diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan kita perbanyak dan pilih batang yang tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda

2.      Gunting stek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Bila kurang tajam batang bisa rusak atau memar.

3.      Pada saat mengambil stek batang, pohon induk harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang bertunas.

4.      Yang dijadikan stek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata tunas yang paling atas.

5.       Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan antara lain di batang. Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru.

6.      Ukuran besar cabang yang diambil cukup sebesar kelingking. Diameter sekitar 1 cm dengan panjang antara 10-15 cm. Cabang tersebut memiliki 3-4 mata tunas.

7.       Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda

 

 

 

 


 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

      4.1.1 Perbanyakan Vegeatif Alami (sesuai tabel pengamatan)

 

      4.1.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan (sesuai tabel pengamatan)

 

 

4.2 Pembahasan

       4.2.1 Perbanyakan Vegeatif Alami

  1. a.    Anakan

Pada praktikum ini tanaman yang digunakan adalah kentang

 

  1. b.   umbi batang

Pada praktikum ini tanaman yang digunakan adalah kentang

 

  1. c.    stolon

Pada praktikum ini tanaman yang digunakan adalah stroberi

 

Menurut Redaksi (2007),

      4.1.1 Perbanyakan Vegeatif Buatan

a. Grafting

Pada Percobaan perbanyakan dengan cara  grafting mengalami kegagalan, yaitu mata entres berwarna coklat dan kering

Menurut Redaksi (2007),faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan grafting,yaitu:

ü  Faktor Tanaman
Kesehatan batang bawah yang akan digunakan sebagai bahan perbanyakan perlu diperhatikan. Pada batang bawah yang kurang sehat, proses pembentukan kambium pada bagian yang dilukai sering terhambat. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi keberhasilan penyambungan. Batang bawah berpengaruh kuat dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga pemilihan tanaman yang digunakan sebagai batang bawah sama pentingnya dengan pemilihan varietas yang akan digunakan sebagai batang atas.
Berhasilnya pertemuan entres dan batang bawah bukanlah jaminan adanya kompatibilitas pada tanaman hasil sambungan. Sering terjadi perubahan pada entres maupun pada tanaman hasil sambungan, misalnya pembengkakan pada sambungan, pertumbuhan entres yang abnormal atau penyimpanan pertumbuhan lainnya, dimana keadaan ini disebut inkompatibel. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan struktur antara batang atas dan batang bawah atau ketidakserasian bentuk potongan pada sambungan.Sedangkan batang yang mampu menyokong pertautan dengan baik dan serasi disebut kompatibel.

ü  Faktor Pelaksanaan
Faktor pelaksanaan memegang peranan penting dalam penyambungan. Kecepatan penyambungan merupakan pencegahan terbaik terhadap infeksi penyakit. Pemotongan yang bergelombang dan tidak sama pada permukaan masing-masing batang yang disambungkan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
Kehalusan bentuk sayatan dari suatu bagian dengan bagian lain sangat penting untuk mendapatkan kesesuaian posisi persentuhan kambium. Ukuran batang bawah dengan batang atas hampir sama sangat diharapkan agar persentuhan kambium sangat banyak terjadi. Apabila batang atas lebih kecil dari batang bawah, maka salah satu sisi kambium harus cepat. Cara penyambungan suatu tanaman keberhasilannya lebih banyak dibandingkan dengan metode lain. Disamping itu ketrampilan dan keahlian dalam pelaksanaan penyambungan maupun penempelan serta ketajaman alat-alat yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan tersebut

ü  Faktor Lingkungan
Cahaya matahari sangat kuat akan berpengaruh terutama pada saat pelaksanaan penyambungan. Oleh karena itu penyambungan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari. Penyambungan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Selain untuk menghindari kebusukan, curah hujan pada musim kemarau batang sedang aktif mengalami pertumbuhan serta entres yang tersedia cukup masak.

 

  b. Okulasi

Pada Percobaan perbanyakan dengan cara okulasi mengalami kegagalan, yaitu daun pada tunas layu dan berwarna coklat.

Menurut Redaksi (2007),kegagalan ini bisa disebabkan oleh berbagai sebab, yaitu diantaranya karena pelaksanaan okulasi disiang hari, kurang telitinya dalam memilih cabang, media yang terlalu kering karena jarangnya dilakukan penyiraman dan tanaman langsung terkena sinar matahari yang kemudian berakibat pada kelayuan dan pada bagian okulasi daun berubah warna menjadi coklat, serta alat yang digunakan untuk okulasi kurang bersih. Seharusnya, perbanyakan secara okulasi ini disarankan penyiramannya cukup (media cukup basah). Tetapi hal tersebut bisa diatasi dengan menempel di tempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari langsung. Kebersihan alat okulasi, silet yang akan digunakan langsung kita belah dua saat masih dalam bungkusan kertas, sehingga silet/cutter/pisau kerat  kita tetap dalam kondisi bersih dan tidak berkarat. Cabang untuk okulasi ini sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah rontok). Entres yang baik adalah yang cabangnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah berkayu).Warna kulitnya coklat muda kehijauan atau abu-abu muda. Entres yanng diambil dari cabang yang terlalu tua pertumbuhannya lambat dan persentase keberhasilannya rendah. Besar diameter cabang untuk entres ini harus sebanding dengan besarnya batang bawahnya.

  c. Stek

Cara perbanyakan dengan metode stek juga mengalami kegagalan, hal ini kemungkinan disebabkan karena batang stek yang masih muda, temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air bagi batang yang telah distek.

Menurut Redaksi (2007),Pada dasarnya cara perbanyakam stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop. Plagiotrop ialah rantingranting yang tumbuh dari batang orthotrop, yang jumlahnya banyak sekali. Ranting-ranting ini pendek, agak kecil dan tak melekat pada tajar sebab masingmasing, bukunya tak berakar lekat. Pada setiap buku tumbuh sehelai daun yang berhadaphadapan, dan disinilah akan tumbuh malai bunga. Cabang plagiotrop ini tumbuhnya selalu ke samping (lateral), dan pada cabang plagiotrop ini masih bisa tumbuh ranting-ranting lagi. Inilah bagian-bagian yang selalu mengeluarkan malai bunga ataubuah,maka ia juga disebut cabang-cabang buah. ( tanaman yang masih bertahan. Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan muda dengan warna batang setengah hijau atau setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat ini kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran setek. Pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi. Pada kasus ini hasil setekan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal seharusnya setek yang baik harus tumbuh akar dulu. Oleh karena itu, pada setek yang batangnya muda memang akan sering terjadi kegagalan. Selain itu kegagalan dalam stek dapat terjadi karena gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan distek memar, Hal ini mengundang bibit penyakit masuk ke bagian yang memar, sehingga bisa membusukkan pangkal setek serta kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber, diantaranya adalah:

a.       Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam kondisi turgid.

b.       Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.

c.       Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.

 

 

 

 


 

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas yang sifatnya sama dengan induknya serta dapat memberi hasil secara cepat maka dapat dilakukan dengan cara perbanyakan secara vegetatif buatan. Namun perlu diperhatikan kondisi batang yang akan diperbanyak, perlakuan saat perbanyakan  serta perlu memperhatikan  kondisi lingkungan tumbuh sekitar

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman….

Anonymous.2011

 

 

 

Rahardja…..

Redaksi…

 

Suwanto….

Prosiding seminar

 

Dala

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.

Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis,benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya.Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih tersebut akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai..Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama kalau musim penghujan.

1.2  TUJUAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ekstraksi Benih

  • Kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah.

(Kuswanto.2003)

  • Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan.

(Kamil. 1982)

  • Proses pengeluaran benih dari buah, polong, kerucut, kapsul atau bahan pembungkus benih lainnya

(Nurhayati.1997)

  • Activities out and clean the seeds from other parts of the fruit, such as stalks, skin and flesh of fruit.

Kegiatan mengeluarkan dan membersihkan benih dari bagian-bagian lain buah,       seperti tangkai, kulit dan daging buah.

(ISTA.1985)

  • Activities aimed at separating the seeds from the fruit (if the seed that is downloaded is still a seed that has other components of the fruit).

Kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah (apabila benih yang    diunduh masih merupakan benih yang memiliki komponen lain dari buah).

(AS & PM.,2000)

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi Benih

 

(Kamil, J, 1982)

 

2.3 Metode Ekstraksi Benih

  • Metode Basah

            Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.

  • Fermentasi

Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka diperlukan waktu 1-2 hari., sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan

(Pitojo, 2005).

  • Mekanis

Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang efisien jika menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin (seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan benih dari pulp yang mengandung inhibitor.

(Kamil, J, 1982)

  • Kimiawi

Menggunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCL digunakan untuk merendam pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus).

(Kuswanto.2003)

            Pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah .

(Pitojo, 2005).

            Memanfaatkan kapur tohor sebagai bahan untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi kapur tohor 20 g/l dengan lama perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk benih manggis. Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe buah berdagung dan berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat dipalikasikan dalam ekstraksi benih ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan kapur tohor adalah prosesnya berjalan cepat, harganya murah 2000/kg dapat mencegah terjadinya pembusukan yang dapat mempengaruhi kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak menyebabkan perubahan warna.

(Murniati.1996)

  • Metode Kering

Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin.

(Kuswanto.1997)

2.4 Manfaat Ekstraksi Benih

  • Memisahkan benih dari buah
  • Memisahkan benih dari kotoran lainnya
  • Meningkatkan kemurnian benih.

(Sadjad.1975)

2.5 Tujuan Pengeringan

Mengurangi kadar air benih sampai batas aman terutama yang berada di daerah bersuhu dan kelembaban tinggi dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.

(Sutopo. 2002)

2.6 Metode Pengeringan

Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Pengeringan dalam karung (bag driers)

Pengeringan benih dalam karung dilakukan bila benih yang

akan dikeringkan berasal dari banyak varietas atau bila volume

benih yang diproduksi kecil. Karung yang digunakan terbuat dari

bahan yute, sehingga dapat dilalui udara untuk proses

pengeringan.

  • Pengeringan dalam Kotak (box driers)

Pengeringan dalam kotak merupakan modifikasi dari bag driers dan metode yang paling lazim digunakan dalam pengeringan benih. Bahan box berupa bahan lokal yang dimasukan ke dalam wadah dari logam yang berlubang-lubang

atau kawat.

  • Bin driers

Dilakukan jika benih yang diperoleh berasal dari bulk dengan jumlah lebih dari 5 ton

  • Flat storage drying

Jika benih yang dihasilkan banyak dan hanya satu varietas saja

 

(Wahyu dan Asep.1995)

  • Pengeringan secara alami (natural drying)

Pengeringan ini dilakukan penjemuran dengan panas matahari secara langsung. Perlu penanganan aktif, untuk menghindari :
a. Pengaruh suhu yang tinggi
b. Pengeringan tidak merata
c. Kulit benih pecah-pecah.

  • Pengeringan buatan (artificial drying)
    Pengeringan ini dengan mesin atau alat dapat dilakukan, apabila :
    a. Mencapai maksud pengeringan sesuai yang diharapkan;
    b. Tercapai pengeringan tanpa tergantung pada kondisi cuaca;
    c. Kualitas benih terjaga.

Perlu penanganan aktif, untuk menghindari :
a. Pengaruh suhu yang tinggi
b. Pengeringan tidak merata
c. Kulit benih pecah-pecah.

(Kamil. 1982)

2.7 Manfaat Pengeringan

  • Meningkatkan daya simpan benih.
  • Mempertahankan viabilitas benih.
  • Menghasilkan benih berkualitas
  • Mempertahankan daya fisiologi benih.
  • Menambah nilai ekonomis.

(Sutopo. 2002)


BAB III

METODE

3.1 Alat, Bahan dan Fungsi

3.2 Langkah Kerja

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

            AS & PM.,2000. PVP Status: PVP Asia in balance. Asia Seed & Planting Material, 7 (3) : 18 – 19

ISTA, 1985. International Rules for Seed Testing: Rules 1985. Seed Science and Technology, 13 (2) : 299 – 355.

Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I, Padang: Universitas Andalas

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakart:Andi

Kuswanto,Hendarto. 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius

Murniati,E.1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap viabilitas benih kemiri (Aleurites moluccana Willd.). Keluarga Benih 7(1):59-65

Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi terhadap Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca C.DC. Skrpisi. Bogor. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Pitojo Setijo, 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius

Sadjad, Syamsoe’oed. 1975. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bogor: IPB

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahyu, C.M. dan Asep Setiawan. 1995. Produksi benih.Jakarta: Bumi Aksara

Masih dalam Pembenahan…

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh kerja kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoron .

Tujuan utama dari analisa kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih species lain, benih gulma dan bahan lain atau kotoran.

1.2       Tujuan

  • Untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih
  • Untuk mengetahui persentasi masing-masing dari komposisi benih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kemurnian Benih  1 indo+2 eng

  • Purity of seed is the percentage by weight of pure seeds contained in a seed sample

Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih

(Sutopo, 1984)

  • Purity of seed is composition based on the weight of seed samples to be tested or in other words the composition of the seed group and to identify the various species of seeds and other particles contained in a seed.

Kemurnian benih adalah merupakan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih.

 ()

  •  

()

2.2 Definisi Kadar Air 1 indo+2 eng

  • The water content is the amount of water contained in the material expressed in units of percent.

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen.

()

  • The water content is one of the physical properties of materials that show the amount of water contained in the material.

Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan.

()

  •  

()

2.3 Kategori Benih dalam Kemurnian

a)   Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :

  • Benih masak utuh
  • Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
  • Benihyang telah berkecambah sebelum diuji
  • Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
  • Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali

b)   Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

c)   Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:

  • Benih dan bagian benih
  • Benih tanpa kulit benih
  • Benih yang terlihat bukan benih sejati
  • Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal
  • Cangkang benih
  • Kulit benih

2.4 Metode Penentuan Bobot 1000 Butir

Tiap varietas tanaman menpunyai ukuran berat 1000 biji yang khusus, dengan demikian perhitungan berat 1000 biji ini hanya berlaku untuk biji-biji satu tanaman. Meskipun demikian variabilitas biji yang ada disebabkan oleh beberapa faktor luar antara lain sebagai berikut.
a. Keadaan cuaca
b. Intensitas sinar matahari
c. Masa kering yang terlalu panjang
d. Pemupukan
e. Letak biji pada tanaman
Untuk menyediakan benih perlu diperhatikan daya tumbuhnya, semakin rendah daya tumbuhnya maka semakin bayak biji yang diperlukan sebagai benih. Kebutuhab biji persatuan luas harus mempertimbangkan jarak tanam, isi tiap lubang, daya kecambah, berat 1000 biji dan kebutuhan benih untuk sulaman.Bobot 1.000 biji merupakan berat nisbah dari 1.000 butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau varietas. Salah satu aplikasi penggunaan bobot 1.000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu hektar. Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat dipanen sudah dalam keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah biji yang benar-benar masak. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan. Pada banyak spesies bobot benih merupakan salah satu ciri fenotip yang paling kurang fleksibel. Bobot 1000 biji padi dibedakan menjadi 3 kategori oleh Badan Pengendali Bimas yaitu bobot 1000 biji berukuran kecil apabila kurang dari 20 gr, ukuran sedang antara 20-25 gr, dan untuk ukuran besar lebih dari 25 gr.

Penentuan  Berat 1000 butir

  • Untuk  mengetahui berat setiap kelompok benih per  1000 butir benih
  • Dapat dipergunakan untuk menegtahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan standar dalam perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun penanaman
  • Penghitungan  dapat dilakukan melalui 2 cara (ISTA)
  • Menghitung  seluruh benih
  • Seluruh  benih murni dari analisis kemurnan dihitung  (= x butir)
  • Benih tersebut ditimbang (= Y g)
  • Berat 1000 butir = Z = 1000 x Y/x
  • Menghitung  1000 butir benih berdasarkan ulangan-ulangan,  menjadi 8 ulangan kemudian dicari koefisien  keragamannya.
  • Bila CV > 4 maka pengujian harus diulang

()

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air,antara lain:

  • daya simpan bahan;
  • air terikat dan air bebas;
  • kadar air basis basah dan kadar air basis kering;
  • aktivitas air;
  • kelembaban mutlak dan kelembaban relatif;
  • sifat fisik dari bahan.

()

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Kemurnian Benih

3.1.2 Bobot 1000 Butir

Dari hasil perhitungan berat 1000 berat biji padi maka dapat di ketahui kalau biji padi termasuk biji yang bobotnya sedang dimana berat1000 biji padi varietas inpari adalah 21, 64, dengan nilai SM= 1,335

3.1.3 Kadar Air

3.2 Pembahasan

3.2.1 Kemurnian Benih

3.2.2 Bobot 1000 Butir

3.2.3 Kadar Air

Pada praktikum kemurnian benih ini, praktikan menyiapkan benih padi sebanyak 4 kantong yang masing-masing kantong berisi 50 gr. Tiap bungkus yang berisi 50 gr benih padi ini dipisah-pisahkan dengan kategori benih murni, kotoran benih dan varietas lain. Setelah terpisah menjadi tiga kategori ini langkah selanjutnya adalah menimbang masing-masing kategori ini dengan menggunakan timbangan eletrik. Persentase dari benih murni didapatkan dari berat benih murni dibagi dengan berat awal dan dikalikan 100%.

Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut pada benih padi ulangan 1 benih murninya 96,8%; kotoran benih 2,6% dan varietas lain 0,6%. pada benih padi ulangan 2 benih murninya 96,6%; kotoran benih 0,2% dan varietas lain 3,2%. pada benih padi ulangan 3 benih murninya 95,4%; kotoran benih 4% dan varietas lain 0,6%. pada benih padi ulangan 4 benih murninya 94%; kotoran benih 5,4% dan varietas lain 0,6%. Dari data ini dapat dilihat bahwa persentase benih murni yang paling baik terdapat pada ulangan 1.
Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih-benih murni, benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba dan kotoran-kotoran pada massa benih.

Benih murni meliputi semua varietas dari setiap species yang diakui sebagaimana yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium. Selain dari benih matang dan tidak rusak ke dalam benih murni juga termasuk juga benih yang ukurannya kurang tetapi lebih dari setengahnya dari bagian ukuran asalnya, mengkerut, kurang matang dan sudah berkecambah, dalam keadaan dapat ditentukan dengan pasti sebagai species yang diakui.
Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama, misalnya benih padi dengan benih gandum, sedang yang bervarietas lain merupakan benih dari tanaman sejenis yang varietasnya berbeda, misalnya padi Serayu dengan padi Brantas.
Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih dan gulma.

Dalam pelaksanaan pengujian kemurnian ini dimana komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, varietas lain dan benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram, dengan memperhatikan ketentuan perhitungan sebagai berikut: karena dalam praktikum ini praktikan menggunakan benih 50 gram maka setelah menghitung persentase berat dari varietas lain dan kotoran kemudian dibandingkan dengan jumlahnya terhadap berat asli maka hasil uji komponen benih murni tidak perlu ditimbang, dianggap 100%, perhitungan selanjutnya 100% minus persentase berat varietas lain dan kotoran.
Prinsip dari pengolahan benih ialah mewujudkan benih tanaman yang unggul dan baik. Apabila benih itu ditanam atau ditumbuhkan akan mampu bertahan selama perkembangan hidupnya serta mampu memberikan produk yang baik dan meningkat, dengan cara memberikan perlakuan antara lain memisahkan secara khusus benih yang kita pilih dari benih tanaman sejenis yang bervarietas lain, dari benih tanaman lain, dari biji-bijian herba, dari kotoran-kotoran yang melekat atau tercampur padanya. Jangkauan dari aktivitas ini adalah agar diperoleh benih yang benar-benar murni.

Pembersihan benih dari varietas lain dan kotoran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya mengingat antara benih yang kita maksud dengan hal-hal yang telah disebutkan itu pada dasarnya ada perbedaan fisik. Jadi tinggal ketekunan kita dalam melaksanakan cleaning tersebut. Dalam pelaksanaan pembersihan itu terdapat dua cara yaitu yang tradisional dan yang pemanfaatan mesin.
Cara tradisional ini seperti yang dilakukan oleh praktikan dalam praktikum kemurnian benih ini yaitu dengan memilah-milah benih murni, varietas lain dan kotoran dengan menggunakan tangan, jadi hanya mengandalkan indera perasa dan penglihatan saja. Cara ini banyak kelemahannya karena seperti kita ketahui kemampuan indera tiap orang berbeda-beda.

Pembersihan dengan mesin kegiatan utamanya meliputi scalping (tertuju pada material-material kasar), hulling (tertuju pada bagian-bagian yang lengket), shelling (tertuju pada pengelupasan kotoran yang ada di permukaan benih). Jadi pada dasarnya pembersihan fisik benih dari fisik kotoran dan material yang tidak diperlukan akan mengaburkan, mempengaruhi dan merusak kenurnian benih.
Pembersihan benih sangat perlu dilakukan sehubungan adanya perbedaan-perbedaan fisik dan sifat yang dapat mengaburkan kemurnian benih. Perbedaan-perbedaan seperti tekstur permukaan dan warna harus kita ambil yaitu yang menunjukkan kemurnian benih, sedang yang lainnya kita pisahkan sehingga yang tinggal menunjukkan kemurnian benih tersebut.

 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

  • Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih.
  • Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen yaitu benih murni, benih varietas lain, dan kotoran benih.
  • Untuk analisa kemurnian benih beda antara ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dari 5%.
  • Dari hasil pengamatan kemurnian benih tertinggi dicapai pada benih padi ulangan 1 dimana persentase benih murni mencapai 96,8%.

4.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum…….

 

DAFTAR PUSTAKA

Justice, O. L. dan Bass, L. N. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Laboratorium Tanaman Pangan dan

Hortikultur.

Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2005. Evaluasi Kecambah Pengujian Daya Kecambah. Depok . Jawa barat

Direktorat pembenihan tanaman hutan. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik – Fisiologi Benih. Jakarta

Heddy, G. 1990. BIologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. ITB. Bandung
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta

Tortora, G. J. 1987. Principles of Anatomy and Physiologi. New York. Harper and Row

Yandiant. 2003. Bercocok Taanam Padi. Penerbit M2S. Bandung.
Wiryani. 1967. Padi. Rinjani. Solo

Dalam Pembenahan…

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

1.2  Tujuan

  • mampu melaksanakan pengujian viabilitas dan vigor benih terutama benih tanaman pangan
  • mengetahi criteria kecambah normal dan abnormal
  • mengetahui komponen yang diamati dalam pengujian viabilitas dan vigor benih

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi

2.1.1 Viabilitas

  • Viability is if the seed lot has a normal growth at optimum conditions.

(Apabila benih lot memiliki pertumbuhan normal pada kondisi optimum).

(Sadjad.1994)

  • Viability is the ability of the seeds germinate and produce normal seedlings in optimum environmental conditions.

(Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum).

()

  • Viabilitas adalah kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi  yang optimum

 ()

2.1.2 Vigor

  • Vigor is the ability of seeds to grow normally in the sub-optimal environmental conditions.

(Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal).

(Sutopo.1984)

  • Viability suboptimum (vigor) is the ability of seeds to grow into plants that produce normal in optimum condition or can be stored in conditions that suboptimum save and hold the old store in an optimum state

(Viabilitas suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama dalam keadaan yang optimum).

(Sadjad.2004)

  • Vigor benih adalah sejumlah karakter yang menentukan tingkatan kemapuan aktivitas dan penampilan benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah, juga mencerminkan daya simpan benih.

2.2  Jenis Substrat dalam uji Viabilitas

Umumnya media yang banyak digunakan dan direkomendasikan dalam pengujian daya kecambah adalah:

1. Kertas Substrat

Kertas Substrat merupakan bahan yang praktis tidak banyak memerlukan tempat, mudah menilai struktur-struktur penting kecambah dan mudah distandarisasi. Jenis substrat kertas yang dapat digunakan dalah kertas merang, kertas saring, kertas buram,dan sebagainya.

2. Media pasir

Pasir sebagai media perkecambahan harus memenuhi syarat :

  • Lolos dalam saringan ? 0,8 mm dan tertahan dalam saringan 0,50 mm
  • pH = 6,0 – 7,5

Pasir sebagai media kecambah, sebelum digunakan diayak lebih dahulu untuk mendapatkan butiran pasir dengan ukuran sesuai anjuran, kemudian dicuci untuk menghilangkan tanahnya dan yang terakhir disterilkan.

3. Media Tanah

Tanah yang digunakan sebagai media perkecambahan harus mempunyai sifat mampu menyimpan air dan aerasi cukup. Untuk tanah yang berstruktur lempung dapat dicampur dengan pasir dan kompos dengan perbandingan tertentu agar media cukup remah. Kondis fisik tanah untuk media perkecambahan sangat penting bagi berlangsungnya benih berkecambah hingga menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya apabila tanah yang digunakan padat, karena benih susah menembus kepermukaan tanah.Media tanah digunakan apabila media kertas atau pasir dalam pengujian daya kecambah tidak sesuai dengan benih yang diuji.

2.3  Metode Uji Viabilitas

Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme.

Untuk metode uji secara langsung diperlukan substrat pengujian, dapat berupa kertas, pasir, tanah dan sebagainya. Metode uji dengan substrat sebagai tempat, lebih cepat dan lebih mudah menilai struktur-struktur penting kecambah dan dapat dengan mudah distandarisasi.

Metode uji dapat dilakukan untuk mendapatkan uji daya berkecambah, dan kekuatan tumbuh, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan pengujian benih.

Metode Uji Viabilitas Benih secara Langsung

A. Menggunakan Substrat Kertas.

1. Metode Uji daya berkecambah.

a. UDK, UDKm

b. UAK, UAKm

c. UKD, UKDp

2. Metode Uji kekuatan tumbuh.

a. UKDp

b. UKDd

B. Menggunakan substrat pasir, tanah pecahan bata merah dan sebagainya.

1. Metode Uji daya Berkecambah / daya tumbuh

2. Metode Uji kekuatan tumbuh.

Metode Uji Viabilitas Benih Secara Tidak Langsung

A. Pengujian Viabilitas benih secara Biokhemis.

1. Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazholium)

B. Penetapan Berat 1000 butir.

  •  Metode Uji Viabilitas dengan Substrat Kertas.
  1. Metode Uji daya kecambah

a. UDK (Uji Diatas Kertas), UDKm (Uji Diatas Kertas dimiringkan).

Dengan UDK, UDKm dimaksudkan untuk menguji benih diatas lembar substrat. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya. Benih ditanam diatas lembar substrat yang diletakkan pada petridish atau cawan plastik. Petridish dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada ukuran besarnya benih. untuk benih sebesar padi, petridish dibuka, sedangkan sebesar tembakau ditutup. Meletakkan petridish pada trays di germinator dapat secara dimiringkan yaitu dengan memiringkan letak trays di germinator, sehingga metode menjadi UDKm.

b. UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas dimiringkan).

UAK dimaksudkan menguji benih dengan menanam benih diantara lembar substrat, kemudian dilipat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya. Misalnya benih padi, sorghum, bayam dan sebagainya. Seperti pada UDK, metode UAK dapat dilakukan secara dimiringkan, yaitu dengan memiringkan letak trays dialat pengecambah benih, metode menjadi UAKm.

c. UKD atau Uji Kertas Digulung

Metode ini dimaksudkan untuk menguji benih dengan cara menanam benih diantara lembar substrat, kemudian digulung. Dapat digunakan untuk benih yang tidak peka cahaya untuk perkecambahannya. Untuk benih yang berukuran sebesar benih jagung, kedelai kacang tanah, dan sebagainya, sebstrat pengujian dilapisi plastic diluarnya sehingga metodenya menjadi UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik)

Metode Uji Kekuatan Benih.

  • UKDd atau Uji Kertas Digulung Didirikan.

Metode ini digunakan untuk menguji kekuatan tumbuh benih berdasarkan spontanitas tumbuhnya benih. benih ditanam dalam satu deretan, diantara lembar substrat dan digulung. Letakkan deretan benih kira-kira 1/3 X ½ kertas dari lebar kertas, dengan arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 X ½ lebar kertas.

  • UKDdp (Uji kertas Digulung dididrikan Dalam plastic).

Metode ini UKDdp sama dengan kegunaannya dengan metode UKDd, hanya perbedaanyaUKDdp digunakan untuk menguji bnih yang benih yang berukuran sebesar seprti jagung,kedelai,kacang tanah,dan sebagainya karena benihnya agak besra , metode ini mengggunakan plasrik diluarnya.

  • UHDp (Uji Hoope dirobah dalam Plastik).

Metode ini dimaksud untuk mengji kekuatan tumbuh benih terhadap serangan suatu penyakit.Caranya seperti pada metode UKDp atau UKDdp hanya bedanya sebelum substrat ditutup dengan substrat lainnya, ditaburi tanah bekas pertananaman yang terserang penyakit,sehingga metode ini menjadi UHDp atau UHDdp.

(Aryunis,dkk.2009)

Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung ataupun indikasi tidak langsung

  • Uji Daya Kecambah (%) uji viabilitas langsung (menguji kinerja pertumbuhan /perkecambahan benih).
  •  Uji Secara Biokimia uji viabilitas tidak langsung (gejala kehidupan atau kapasitas metabolisme). Contoh: Uji Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar Listrik), dll.

(Sadjad, 1993)

2.4  Kriteria Kecambah pada Uji Viabilitas dan Vigor GAMBAR

1. Kecambah Normal

  • Akar: kecambah mempunyai akar primer atau satu set akar-akar sekunder yang cukup kuat untuk menambatkan kecambah bila di tumbuhkan pada tanah atau pasir.
  • Hipokotil: panjang atau pendek, tetapi tumbuh baik tanpa ada luka yang mungkin mengakibatkan jaringan pengangkut menjadi rusak.
  •  Epikotil: paling kurang ada satu daun primer dan satu tunas ujung yang sempurna.
  • Biji terinfeksi: infeksi pada epikotil sebagian atau seluruhnya, sedangkan hipokotil dan akar tumbuh baik. Epikotil bibit seperti ini biasanya tidak membusuk kalau tumbuh dalam keadaan atmosfir kering, bila kotiledon membuka secara alami. Akan tetapi apabila banyak kecambah yang terkena infeksi, maka pengujian ulang harus dilaksanakan sebaik mungkin pada substrat tanah atau pasir.

    

Gambar Kecambah kedelai normal umur 8 hari. c, cotyledon; d, daun pertama; h, hypokotyl; ap, akar primer; as, akar sekunder

2. Kecambah Abnormal

  • Akar: tidak ada akar primer atau akar-akar sekunder yang tumbuh baik.
  • Hipokotil: pecah atau luka yang terbuka, merusak jaringan pengangkut, cacat, berkeriput, dan membengkak atau memendek.
  • Kotiledon: kedua kotiledon hilang dan kecambah lemah sehingga tidak vigorous.
  • Epikotil: tidak ada daun primer atau tunas ujung, ada satu atau ada daun primer, tetapi tidak ada tunas ujung, epikotil membusuk, yang menyebabkan pembusukan menyebar dari kotiledon dan bibit lemah.

Gambar Kecambah kedelai abnormal umur 8 hari. C (cotyledon);d (daun pertama); h (hypokotyl); ap (akar primer); as (akar sekunder)

(Sumarno dan Widiati .1985)

3. Benih Tidak Berkecambah

Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang hingga akhir periode pengujian tidak berkecambah. Benih yang tidak berkecambah meliputi:

  • Benih Keras: benih yang hingga akhir periode pengujian tetap keras, sebab benih–benih tersebut tidak menyerap air.
  • Benih Segar: Benih yang tidak keras dan juga tidak berkecambah hingga akhir pengujian tetapi tetap bersih, mantap, dan tampaknya masih hidup.
  • Benih Mati: Benih yang pada akhir pengujian tidak berkecambah tetapi bukan sebagai benih keras maupun benih segar. Biasanya benih mati lunak, warnanya memudar, dan seringkali bercendawan.

(Mugnisjah et. al. 1994)

BAB III
METODE

 

3.1  Alat dan Bahan

3.2  Cara Kerja

3.3  Analisis Perlakuan


 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Uji Viabilitas

4.1.1 UAK

4.1.1.1 Benih Baru

4.1.1.2 Benih Expired

4.1.2 UDK di jurnal

4.1.2.1 Benih Baru

4.1.2.2 Benih Expired

4.1.3 UKDdp di jurnal

4.1.3.1 Benih Baru

4.1.3.2 Benih Expired

 

4.2 Uji Vigor

4.2.1 Benih baru

 

4.2.2 Benih expired

4.3 Pembahasan

Uji Viabilitas

 

Uji Vigor


 

BAB V
KESIMPULAN


 

DAFTAR PUSTAKA

Aryunis , ir , dkk 2009. Penuntun Pratikum Teknologi Benih . Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi

Harnowo, D., 2001. Prinsip-Prinsip dalam Mempertahankan Mutu Benih dalam Penyimpanan. Makalah Pada Pelatihan Pengawas Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jawa Timur. BALITKABI: Malang.

Harnowo, D., 2006. Teknologi Penaganan Benih Tanaman Pangan Guna Menghasilkan Benih Bermutu Tinggi. Makalah pada Pelatihan Penangkar Benih Tanaman Pangan se NTB, dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Propinsi NTB: 12–15 September 2006. 19 hal.

Harrington, J.F. 1972. Seed Storage and Longevity. In T.T. Kozlowski (ed.). Seed Biology. Vol. III. Acad Press. New York.

Justice, O. L. dan Bass, L. N. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Kamil , jurnalis . 1979 . Dasar Teknologi Benih . Angkasa Raya , Padang .

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius: Yogyakarta.

Mugnisjah, W. Q. Setiawan, A., Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sutopo , lita. 1993. Teknologi Benih . Fakultas Pertanian UNIBRAW . Pt raja grafindo Persada , Jakarta

Tatipata, A. Yudoyono, P., Purwantoro, A., dan W. Mangoendidjojo. 2004.Kajian Aspek Fisiologi dan Biokomi Deteriorasi Benih Kedelai dalamPenyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004: 76-87.

 

Dalam Pembenahan………..

PENGUJIAN POMPA

BAB I

1.1   Latar Belakang

 

1.2   Tujuan


 

BAB II

2.1 Definisi Pompa

  • Pompa adalah jenis mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain dimana dalam menjalankan fungsinya tersebut, pompa mengubah energi gerak poros untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi tekanan pada fluida.
  • Pompa merupakan pesawat angkut yang bertujuan untuk memindahkan zat cair melalui saluran tertutup yang menghasilkan suatu tekanan yang sifatnya hanya mengalir dari suatu tempat ke tempat yang bertekanan lebih rendah.

2.2 Macam-Macam Pompa

Bila ditinjau dari segi tekanan yang menimbulkan energi fluida maka pompa dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu :

1. Pompa tekanan statis

Pompa Tekanan Statis Pompa ini disebut juga “positive displacement” dimana head yang terjadi akibat tekanan yang diberikan terhadap fluida dengan cara energi yang diberikan pada bagian utama peralatan pompa menekan langsung fluida yang di pompakan. Jenis pompa yang termasuk dalam golongan statis, yaitu:

a.       Pompa putar ( Rotary Pump )

Sebagai ganti pelewatan cairan pompa sentrifugal, pompa rotari akan merangkap cairan, mendorongnya melalui rumah pompa yang tertutup. Hampir sama dengan piston pompa torak akan tetapi tidak seperti pompa torak (piston), pompa rotari mengeluarkan cairan dengan aliran yang lancar (smooth).

Macammacam pompa rotari :

  • Pompa roda gigi luar

Pompa ini merupakan jenis pompa rotari yang paling sederhana. Apabila gerigi roda gigi berpisah pada sisi hisap, cairan akan mengisi ruangan yang ada diantara gerigi tersebut. Kemudian cairan ini akan dibawa berkeliling dan ditekan keluar apabila giginya bersatu lagi

Gambar 1 : Pompa roda gigi luar

Sumber : William Wolansky & Arthur Akers, Modern Hydraulics,1990,97

  • Pompa roda gigi dalam

Jenis ini mempunyai rotor yang mempunyai gerigi dalam yang berpasangan dengan roda gigi kecil dengan penggigian luar yang bebas (idler). Sebuah sekat yang berbentuk bulan sabit dapat digunakan untuk mencegah cairan kembali ke sisi hisap pompa.

Gambar 2 : Lobe pump

Sumber : William Wolansky & Arthur Akers, Modern Hydraulics,1990,100

  • Pompa cuping (lobe pump)

Pompa cuping ini mirip dengan pompa jenis roda gigi dalam hal aksinya dan mempunyai 2 rotor atau lebih dengan 2,3,4 cuping atau lebih pada masing-masing rotor. Putaran rotor tadi diserempakkan oleh roda gigi luarnya.

Gambar 3 : Lobe pump

Sumber : William Wolansky & Arthur Akers, Modern Hydraulics,1990,97

  • Pompa sekrup (screw pump)

Pompa ini mempunyai 1,2 atau 3 sekrup yang berputar di dalam rumah pompa yang diam. Pompa sekrup tunggal mempunyai rotor spiral yang berputar di dalam sebuah stator atau lapisan heliks dalam (internal helix stator). Pompa 2 sekrup atau 3 sekrup masing-masing mempunyai satu atau dua sekrup bebas (idler).

Gambar 4 : Three-scrow pump

Sumber : William Wolansky & Arthur Akers, Modern Hydroulics,1990,102

  • Pompa baling geser (vane Pump)

Pompa ini menggunakan baling-baling yang dipertahankan tetap menekan lubang rumah pompa oleh gaya sentrifugal bila rotor diputar. Cairan yang terjebak diantara 2 baling dibawa berputar dan dipaksa keluar dari sisi buang pompa

.

Gambar 5 : Vane pump

Sumber : William Walonsky & Arthur Akers, Modern Hydraulics, 1990,103

 

b.      Pompa bolak – balik ( Reciprocating Pump )

pompa yang bekerja dengan perubahan volume ruang pompa. perubahan volume ruang pompa dilakukan oleh element gerak pompa yang bergerak translasi atau bolak-balik dalam ruang pompa, maupun yang bergerak rotasi. Ketika terjadi pembesaran volume rumah pompa maka akan terjadi penurunan tekanan di dalam rumah pompa, sehingga fluida yang memiliki tekanan lebih tinggi akan mengalir atau terhisap ke dalam rumah pompa melalui saluran hisap. Pada saat terjadi pengecilan volume rumah pompa maka fluida dalam rumah pompa akan mengalami penekanan sehingga fluida yang memiliki tekanan yang lebih tinggi dari tekanan di luar rumah pompa, akan mengalir melalui saluran tekan. Untuk mencegah aliran balik ke saluran hisap, maka pompa dilengkapi katup relief valve untuk mencegah aliran balik ke rumah pompa. Pompa jenis ini dapat menghasilkan head yang tinggi, tetapi aliran fluida yang dihasilkan tidak kontinyu tetapi periodik. Untuk mendapatkan aliran fluida yang lebih kontiyu maka pompa perlu dibuat kerja ganda.

2. Pompa Tekanan Dinamis

Pompa ini disebut juga dengan “ Non Positive Displacement Pump “, pompatekanan dinamis terdiri dari poros, sudu – sudu impeller, rumah volut, dan saluran keluar. Energi mekanis dari luar diberikan pada poros pompa untuk memutar impeller. Akibat putaran dari impeler menyebabkan head dari fluida menjadi lebih tinggi karena mengalami percepatan. Ditinjau dari arah aliran yang mengalir melalui sudu – sudu gerak, maka pompa tekanan dinamis digolongkan atas tiga bagian, yaitu :

a.       Pompa aliran radial

Fluida diisap pompa melalui sisi isap adalah akibat berputarnya impeler yang menghasilkan tekanan vakum pada sisi isap. Selanjutnya fluida yang telah terisap terlempar keluar impeler akibat gaya sentrifugal yang dimiliki oleh fluida itu sendiri. Dan selanjutnya ditampung oleh casing (rumah pompa) sebelum dibuang kesisi buang. Dalam hal ini ditinjau dari perubahan energi yang terjadi, yaitu : energi mekanis poros pompa diteruskan kesudu-sudu impeler, kemudian sudu tersebut memberikan gaya kinetik pada fluida.

Akibat gaya sentrifugal yang besar, fluida terlempar keluar mengisi rumah pompa dan didalam rumah pompa inilah energi kinetik fluida sebagian besar diubah menjadi energi tekan. Arah fluida masuk kedalam pompa sentrifugal dalam arah aksial dan keluar pompa dalam arah radial. Pompa sentrifugal biasanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan head medium sampai tinggi dengan kapasitas aliran yang medium. Dalam aplikasinya pompa sentrifugal banyak digunakan untuk kebutuhan proses pengisian ketel dan pompapompa rumah tangga.

Gambar 10 : Pompa Sentrifugal
Sumber : Sularso, pompa dan kompresor,2000

b.      Pompa aliran aksial

Berputarnya impeler akan menghisap fluida yang dipompa dan menekannya kesisi tekan dalam arah aksial karena tolakan impeler. Pompa aksial biasanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan head rendah dengan kapasitas aliran yang besar. Dalam aplikasinya pompa aksial banyak digunakan untuk keperluan pengairan.

Gambar 11 : Pompa aksial

Sumber : Sularso, pompa dan kompresor,2000,8

 

c.       Pompa aliran campuran

Head yang dihasilkan pada pompa jenis ini sebagian adalah disebabkan oleh gaya sentrifugal dan sebagian lagi oleh tolakan impeler. Aliran buangnya sebagian radial dan sebagian lagi aksial, inilah sebabnya jenis pompa ini disebut pompa aliran campur.


 

2.3 Efisiensi Pompa



2.4 Pukulan Pompa


 

2.5 Brake Horse Power (BHP)


2.6 Water Horse Power (WHP)


Water Horse Power (WHP) adalah liquid horse power yang disampaikan oleh pompa dengan…


 

BAB III

3.1 Alat dan Bahan

3.2 Cara Kerja

3.3 Gambar Alat


 

BAB IV

4.1 Data Pengamatan

4.2 Perhitungan

4.3 Grafik


 

BAB V

5.1 Analisa Data

5.2 Analisa Perhitungan

5.3 Analisa Grafik


 

BAB VI

 

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran


 

DAFTAR PUSTAKA

Tags: ,

Masih dalam Pembenahan Lagi…..

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai dengan perkecambahan. Perkecambahan  adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji. Jika suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai,biji tersebut akan berkecambah.

Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Benih adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan cikal bakal suatu tumbuhan baru yang memiliki cirri attau sifat seperti induknya. Benih memiliki beragam jenis, baik bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Benih seharusnya memilki kualitas yang baik agar tanaman baru yang didapat merupakan tanaman yang sehat.

Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat- sifat genetic dan fisik dari benih yang mencakup kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, serta sertifikasi benih. Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tanaman dikotil kebanyakan memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil mempunyai tipe perkecambahan hipogeal.

1.2 TUJUAN

  • Untuk mengetahui struktur dan bagian-bagian benih
  • Untuk mengetahui tipe perkecambahan benih
  • Untuk menjelaskan perbedaan tanaman monokotil dan dikotil

1.3 MANFAAT

  • Dapat mengetahui struktur dan bagian-bagian benih
  • Dapat mengetahui tipe perkecambahan benih
  • Dapat menjelaskan perbedaan tanaman monokotil dan dikotil

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI BENIH

  • Benih adalah biji yang digunakan untuk tujuan penanaman (komersial) dan telah diseleksi dan dijamin kemurnian genetiknya (legitim).

(Pahan.2006)

  • Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk keperluan dan perkembangan usaha tani memiliki fungsi atau merupakan komponen agronomi.

(Kartosapoetra, 1989)

  • Seed is part of plant that only selected to used for next planting in the porpose to cultivate plant or product new individual.

Bagian tanaman yang terpilih untuk membudidayakan atau memproduksi individu baru.

(Rubenstin, 1978)

2.2 DEFINISI TIPE PERKECAMBAHAN

  • Permulaan kehidupan tumbuhan. Terjadi karena pertumbuhan radikal (calon akar) dan planula (calon batang).

(Anonymous, 2010)

  • Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat dalam biji.

(Tjitrosoepomo, 1985)

  • The beginning of an active growth by the seed embryo, resulting the seed coat and emergence of  the new plant.

Buah dari pertumbuhan aktif oleh embrio benih, menghasilkan pecahnya mantel atau pelindung biji dan munculnya tanaman baru.

(Anonymous, 2010)

2.3 PERBEDAAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL GAMBAR LIT

 

Monokotil

  • · Embrio terdiri dari kotiledon
  • · Endosperm merupakan bagian yang besar
  • · Cadangan makanan pada endosperm belum dicerna sebelum biji masak

Dikotil

  • · Embrio terdiri atas kotiledon, plumula, epikotil, dan radikal.
  • · Endosperm merupakan bagian yang terkecil
  • · Cadangan makanan yang terdapat pada kotiledon sudah dapat dicerna dan diserap embrio sebelum biji masak.

(Kamil, 1979)

2.4 MACAM-MACAM TIPE PERKECAMBAHAN

Perkecambahan biji dapat dibekan menjadi 2, yaitu :

  • Epigeal

Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus).

  • Hipogeal

Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum)

(Pratiwi. 2006)

2.5 METABOLISME PERKECAMBAHAN

Tahap Pertama : dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kkulit benih dan hidrasi protoplasma.

Tahap kedua: dimulai dengan kegiatan enzim dan sel serta naiknya tingkat respirasi benih.

Tahap ketiga: terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang terlarut dan di translokasikan ke titik tumbuh.

Tahap keempat : asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energy bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.

Tahap kelima : pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.

 (Sutopo, 2002)

2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecamabahan adalah sebagai berikut:

  • Gen

Di dalam gen terkandung faktor-faktor sifat keturunan yang dapat diturunkan pada keturunannya dan berfungsi untuk mengoontrol reaksi kimia di dalam sel, misalnya sintesis protein yang merupakan bagian dasar penyusun tubuh tumbuhan,dikendalikan oleh gen secara langsung.

(Pratiwi. 2006)

  • Persediaan makanan dalam biji

Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah memberi makanan kepada embrio maupun tanaman yang masih muda sebelum tanaman tersebut mampu memproduksi zat makanan sendiri.

  • Hormon

Memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembang sehingga sifatnya menjadi elastis. Elastisitas dinding sel memungkinkan dinding sel bersifat permeable sehingga mempermudah imbibisi.

  • Ukuran dan kekerasan biji

Semakin besar dan semakin keras bijinya maka air akan sulit untuk masuk ke dalam biji sehingga imbibisi teerhambat.

(Ashari. 1995)

  • Dormansi

Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan istirahat. Setiap benih tanaman memiliki masa dormansi yang berbeda-beda.

(Gardner. 1991)

Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan, antara lain:

  • Air

Berfungsi sebagai pelunak kulit bji, melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi serta bersama hormon mengatur elurgansi (pemanjangan) dan pengembangan sel.

  • Temperature

Benih dapat berkecambah pada temperatur optimum yaitu 80oF sampai 95oF (20,5o C sampai 35o C).

  • Oksigen

Proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan menigkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air, dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat perkecambahan benih. Benih yang dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya atau gelap akan menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi.

  • Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan benih adalah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari pengganggu terutama cendawan.

 (Sutopo. 2002)

2.7 PROSES DIFUSI OSMOSIS PADA PERKECAMBAHAN

Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40-60&% dan akan meningkat lagi pada awal munculnya radikal sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70-90%. Kira-kira 80% dari protein yang biasanya terbentuk Kristal disimpan dalam jaringan yang disebut badan protein sedangkan sisanya 20% terbagi dalam nucleus, mitokondria, protoplastid, mikrosom, dan dalam sitosol.

(Soetopo, 2002)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Bahan dan Alat

  • Biji padi dan jagung (monokotil)                   : obyek pengamatan
  • Biji kedelai dan kacang tanah (dikotil)         : obyek pengaamtan
  • Cutter                                                        : memotong obyek
  • Kaca pembesar                                           : mengamati obyek
  • Cawan petri                                                         : wadah pengamatan
  • Kapas                                                                   : media tanam
  • 4 Gelas aqua                                                : tempat tumbuh tanaman
  • Air                                                              : bahan untuk menyiram

3.2 Metode

Biji

Cawan petri

  Diamati

Utuh             Potong Membujur             Potong Melintang

Gambar tangan

Hasil

Langkah:

  1. Siapkan biji kedelai, kacang tanah, jagung, padi.
  2. Letakan setiap biji yang akan diamati pada cawan petri.
  3.  Amati dengan menggunakan lup/kaca pembesar pada masing biji-biji yang utuh dan yang telah di iris dengan cutter secara melintang maupun membujur kemudian ­gambar di kertas.
  4.  Setelah mengamati siapkan aqua gelas dan masukkan kapas kedalam aqua.
  5. Sisipkan biji utuh kedelai, kacang tanah, jagung, dan padi diantara kapas dan dinding gelas.
  6. Amati selama 5 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 STRUKTUR BENIH GAMBAR TANGAN

  • Padi

Struktur biji pada padi terdiri dari lemma, palea, glumme, endosperm, embryo, embryonic axis.

  • Jagung

Struktur biji pada jagung terdiri dari seed coad/fruit coat, endosperm, scutellum, aleuron layer, coleoptil, plummule, seminal root, radiccel, coleorhizae, embryonic axis, embryo.

  • Kedelai

Pada kedelai terdiri dari seed coat, cotyledon, hillum, plumule, radiccle, embryonic axis, embryo.

  • Kacang tanah

Pada kacang tanah terdiri dari seed coat, cotyledon, hillum, plumule, radiccle, embryonic axis, embryo.

4.1.2 TIPE PERKECAMBAHAN DOKUMEN 5 HARI

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 STRUKTUR BENIH DAN PERBANDINGAN DENGAN LITERATUR

Dari hasil praktikum, terlihat bahwa terdapat perbedaan struktur benih antara benih monokotil dengan benih dikotil.

  • Jagung

Sampel subkelas monokotil pada praktikum kali ini adalah benih jagung, dimana terlihat morfologi jagung yang memiliki bentuk hilum yang lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol. Selain itu terlihat perbedaan warna yang membedakan antara embrio, endosperm, dan epicarp benih jagung, ketika benih jagung dibelah. Pada benih jagung terlihat endosperma, embrio dan posisi hilum.

  • Kedelai

Sampel subkelas dikotil adalah benih kedelai, dimana bentuk hilumnya bulat lonjong, lokasi ditepi dan posisinya menjorok. Pada benih yang dilakukan perendaman, dilakukan pengamatan pada biji jagung, kacang tanah, dan kacang hijau. Setelah direndam, benih dibelah dan diamati bagian-bagiannya. Perendaman bertujuan untuk mempermudah dilakukannya pembelahan pada benih kacang tanah dan kacang hijau.

  • Kacang tanah

Pada benih kacang tanah terlihat jelas selaput benih, plumula yang menjadi bakal daun serta radikula yang menjadi bakal akar, yang paling luas bentuknya adalah kotiledon. Sedangkan pada kacang hijau yang telah dibelah terlihat jelas hipokotil, epikotil, selaputbenih dan kotiledon.

4.2.2 TIPE PERKECAMBAHAN DAN PERBANDINGAN DENGAN LITERATUR

  • Padi

Tanaman padi memiliki tipe perkecambahan hipogeal dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah. Sewaktu perkecambahan pada padi, kotiledon yang di sini disebut scutellum, tetap tinggal di dalam tanah. Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan dari endosperma dan menghantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh (food-absorbing and food-transporting organ). Sewaktu perkecambahan, yang pertama kali keluar adalah radikel. Selanjutnya pada radikel ini keluar akar-akar cabang (lateral roots), bersama-sama dengan akar primer membentuk sistem akar primer. Sistem akar primer ini biasanya hanya berfungsi untuk sementara, dan kemudian mati. Fungsi sistem akar primer ini kemudian digantikan oleh akar-akar adventif yang keluar dari nodus batang yang pertama dan beberapa nodus di atasnya. Sistem akar adventif (akar serabut) inilah yang menjamin kehidupan tanaman teresbut selanjutnya dalam hal penyerapan air dan bahan makanan dari tanah dan sebagai alat penambat pada tanah.

  • Jagung
  • Kedelai
  • Kacang tanah

V. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN HASIL PRAK

  • Struktur benih

– Terdapat perbedaan antara struktur benih tanaman dikotil dan tanaman monokotil. Yang pada praktikum kali ini menggunakan sampel tanaman jagung untuk tanaman monokotil dan kedelai, kacang tanah dan kacang hijau untuk tanaman dikotil.

– Terdapat bagian-bagian calon/bakal tanaman di dalam benih, baik benih monokotil maupun dikotil, dimana terdapat pula endosperm yang mendukung kelangsungan embrio sebagai cadangan makanannya.

  • Perkecambahan

– Terdapat benih yang tidak berkecambah hal ini bisa disebabkan karena benih keras, benih hampa, benih tak berembrio dan benih rusak

5.2 SARAN ASS N PRAK

Assisten: Cukup jelas dalam penjelasan materi.

Praktikum: Sebaiknya diberi penjelasan tentang bagaimana ciri benih yang

kualistasnya baik agar perkecambahn tumbuh dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

  • Anonymous. 2010. http://www.pustakaut.ac.id. Diakses 27 Maret 2010
  • Anonymous. 2010. http://www.google.com. Diakses 27 Maret 2010
  • Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta
  • Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta
  • Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang
  • Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara; Jakarta
  • Mader,S.S. 2004. Biology. Boston: McGraw-Hill
  • Pahan, I.2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.Jakarta:Penebar Swadaya
  • Pratiwi. 2006. Biologi.Jakarta:Erlangga
  • Purves et al.2004. Life:The Science of Biology.Sunderland:sinauer Associates,Inc & W.H.Freeman and Company
  • Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. USA : Academi Press Inc
  • Sugito, Yogi. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. FP UB; Malang
  • Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta
  • Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta

Jangan sia-siakan waktumu…

Agenda Hari ini

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Request N Comments

Silakan request laporan yang kamu butuhkan sapa tau aku punya yang kamu mau... :-) N jangan lupa ya comments-nya...mungkin aku bisa membenahinya kalo ada waktu...he..he..

Chat & Sharing yuk…